Senin, 22 Juni 2009

Moyet Terkecil dari Tangkoko

TANGKOKO - Batuangus adalah cagar alam yang berada di kawasan konservasi seluas 8.718 hektar dan merupakan kawasan hutan hujan tropik. Kawasan ini disebut-sebut sebagai asset dunia, karena secara geografis berada di zona transisi zoogeografi Asia-Australia yang memiliki nilai sejarah alam dunia.

Secara ilmiah, posisi geografis kawasan ini (absolut menurut Bujur Timur) dapat menjadi penunjang untuk menjelaskan adanya lintasan Garis Weber di perairan laut Maluku yang membedakan jenis-jenis fauna dan flora daratan Sulawesi dengan kontinen Australasia. Sedangkan posisinya pada garis Lintang Utara, kawasan ini identik dengan sebaran lokasi hutan hujan tropika sebagai paru-paru dunia.

Cagar alam Tangkoko-Batuangus merupakan rumah bagi berbagai jenis satwa endemik. Di cagar alam Tangkoko-Batuangus terdapat 26 jenis mamalia (10 endemik Sulawesi), 180 jenis burung (59 endemik Sulawesi dan 5 endemik Sulut), serta 15 jenis reptil dan amfibi.

Ir. Sugihartoyo, M.Si, (Yoyok) team leader Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Bitung tahun 2008, kepada Liranews, Sabtu (20/6/2009) mengatakan cagar alam Tangkoko-Batuangus merupakan salah satu objek wisata kota Bitung. Daerah inibukan hanya menjadi asset daerah, melainkan asset dunia yang harus tetap dijaga kelestariannya. "Untuk itu, kawasan ini telah kami rekomendasikan sebagai kawasan wisata ekologi yang sifatnya terbatas atau minat khusus, misalnya untuk penelitian atau research," katanya.

Menurut Yoyok, bila wisatawan hanya ingin melihat satwa endemik seperti Tarsius ataupun kera hitam, para wisatawan tidak perlu beramai-ramai datang ke Tangkoko, cukup ke Grand Naemundung Anumals Collection, kebun binatang di kelurahan Aertembaga yang hanya berjarak 5 kilometer dari pusat kota.

Dia menjelaskan, Tangkoko-Batuangus bukan dikembangkan sebagai destinasi yang bersifat grand or mass tourism. Dengan demikian, flora dan fauna yang hidup di kawasan Tangkoko-Batuangus ini tidak tergangu dan akan terhindar dari kerusakan sebagai akibat dari mobilisasi dan aktifitas yang dilakukan para wisatawan di dalam kawasan secara massal. (lihat juga di www.liranwes.com)

Babi Rusa (Endemik Sulawesi)

Kera Hitam

Tarsius Spectrum















Tidak ada komentar:

Posting Komentar