Selasa, 23 Juni 2009

Pindang Tulang "Mbahnya Sapi"

Kota administratif Prabumulih dikenal dengan daerah penghasil nanas terbesar di Sumatera Selatan. Tapi pada perjalanan saya kali ini ada hal yang unik saya temukan ketika berada di kota nanas tersebut. "Pindang Tulang" begitulah masyarakat disana biasa menyebut masakan ini. Bagi masyarakat Sumatera Selatan, pindang tulang adalah hal yang biasa dan jadi masakan rumah tangga sehari-hari. Namun tidak demikian halnya dengan pindang tulang yang saya temui kota ini.

Bermula ketika saya diajak oleh seorang teman yang keseharian bekerja Dinas Koperasi dan Perindustrian kota Administratif Prabumulih untuk makan siang bersama. Ketika itu dia menawarkan ke saya untuk makan pindang tulang di salah satu tempat makan yang berada di ruko jalan Jenderal Sudirman. Saya pun setuju karena saya sudah sering merasakan kenikmatan masakan tersebut ketika saya berada di kota Palembang.

Kebiasaan saya ketika saya berada di tempat makan , pertanyaan pertama yang biasa lontarkan kepada pelayan tempat makan adalah "masakan apa yang menjadi menu andalan di tempat makan ini?" Sang pelayan pun menjawab "pindang tulang pak" jawab sang pelayan.

Selesai menulis pesanan, saya dan teman ngobrol sembari menunggu masakan khas yang dipesan. Naum seketika saya tersentak dan kaget begitu melihat pesanan masakan yang disajikan sang pelayan."Wah, tulang apa nih?" seru saya kepada sang pelayan, disertai senyum keheranan. Spotan sang pelayan menjawab "tulang sapi lah pak". "Besar banget, jangan-jangan ini tulang mbahnya sapi kale" sahut saya sambil tertawa lebar.

Ketika, rasa lapar dan keingin tahuan saya sudah tak terbendung untuk merakan masakan tersebut membuat saya harus fokus dan serius menyantap pindang tulang mbahnya sapi itu. Akitifitas sepanjang waktu makan siang saya pun disibukan dengan menggigit dan memotong
daging-daging yang melekat di sela-sela tulang dengan pisau yang melekat dalam paket pesanan. Sesekali aksi gigit dan potong-memotong disela dengan menyedot sumsum tulang mbahnya sapi tersebut sehingga saya lupa untuk menyantap nasinya.

Satu jam kemudian, saya berkata kepada teman "nyari makan yok, tadi saya nggak sempat makan nasinya...jadi saya lapar lagi nih".

Tips buat para pembaca liranews.com bila berada di kota Prabumulih, jangan lupa untuk mampir di tempat makan yang menawarkan pindang tulang mbahnya sapi dan jangan lupa juga untuk memakan nasinya terlebih dahulu baru menyantap pindangnya agar tidak kelaparan satu jam setelah makan di tempat makan tersebut.

Senin, 22 Juni 2009

Usai Deklarasi Relawan JK-Win Tinggalkan Hutang

JAKARTA (LIRANEWS) - Usai deklarasi mendukung Jusuf Kalla - Wiranto (JK-Win), komunitas yang mengatasnamakan diri Gerakan Rakyat Miskin, Pengangguran, tukang Ojek dan Sopir (Gerampos) meninggalkan utang. Mereka kini berupaya menutupi utang dari iuran anggota yang dianggap mampu.

"Ya, kami memang masih utang pada sejumlah pihak," kata Juru Bicara Gerampos, Dewa Firmansyah, kepada LIRANEWS, Selasa (9/6) tanpa menyebut utang kepada siapa saja.

Deklarasi dukungan terhadap JK-Win ini dilakukan Ahad lalu di pinggir kali Sentiong oleh setidaknya 75 anggota Gerampos. Acara yang dikemas sederhana tersebut dimeriahkan dengan musik dangdut.

Dewa menyebut anggaran deklarasi ini sejatinya tak besar, Rp10 juta. Hanya saja, dana yang terkumpul cuma Rp5 juta, akibatnya terjadi devisit Rp5 juta. "Ini dana mandiri. Kami berharap bisa segera menutup utang kepada sejumlah pihak itu," katanya.

Menurut pengamatan LIRANEWS, deklarasi ini tergolong sepi relawan. Cuaca panas membuat yang hadir berpencar sehingga lokasi deklarasi hanya sedikit terisi. Parahnya, ketika acara bubar, sebagian anggota minta ongkos pulang. "Ini yang di luar perhitungan," kata Dewa tertawa. "Beginilah kalau relawan dari golongan miskin."

Dewa mengatakan, dari 500 relawan yang rencananya akan menghadiri deklarasi tersebut, hanya sekitar 100 orang yang datang. "Mereka sulit menjangkau lokasi. Nggak ada ongkos katanya," kata Dewa.

Jadi, relawan yang datang dibayar? "Nggak juga. Cuma mereka minta ongkos pulang," kata Dewa tertawa. "Masing-masing cuma Rp20.000. Inilah yang membuat kami tekor," kata Dewa yang mengaku sudah lama membina kelompok ini.

Ketua Gerampos, Amrizal, mengakui hal tersebut sebagai konsekwensi mengurusi kelompok miskin dan pengangguran. "Mereka minta ongkos pulang. Dikira kita dapat rejeki dari Pak JK barangkali," katanya kecut.

Amri menyebut sesungguhnya para relawan ini sudah diberitahu arah dukungan Gerampos jauh-jauh hari. "Kita sudah lakukan pembahasan jauh sebelum deklarasi. Mereka menyepakati dukungan kepada Pak JK-Win," katanya. (Baca juga di www.liranews.com)

Moyet Terkecil dari Tangkoko

TANGKOKO - Batuangus adalah cagar alam yang berada di kawasan konservasi seluas 8.718 hektar dan merupakan kawasan hutan hujan tropik. Kawasan ini disebut-sebut sebagai asset dunia, karena secara geografis berada di zona transisi zoogeografi Asia-Australia yang memiliki nilai sejarah alam dunia.

Secara ilmiah, posisi geografis kawasan ini (absolut menurut Bujur Timur) dapat menjadi penunjang untuk menjelaskan adanya lintasan Garis Weber di perairan laut Maluku yang membedakan jenis-jenis fauna dan flora daratan Sulawesi dengan kontinen Australasia. Sedangkan posisinya pada garis Lintang Utara, kawasan ini identik dengan sebaran lokasi hutan hujan tropika sebagai paru-paru dunia.

Cagar alam Tangkoko-Batuangus merupakan rumah bagi berbagai jenis satwa endemik. Di cagar alam Tangkoko-Batuangus terdapat 26 jenis mamalia (10 endemik Sulawesi), 180 jenis burung (59 endemik Sulawesi dan 5 endemik Sulut), serta 15 jenis reptil dan amfibi.

Ir. Sugihartoyo, M.Si, (Yoyok) team leader Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Bitung tahun 2008, kepada Liranews, Sabtu (20/6/2009) mengatakan cagar alam Tangkoko-Batuangus merupakan salah satu objek wisata kota Bitung. Daerah inibukan hanya menjadi asset daerah, melainkan asset dunia yang harus tetap dijaga kelestariannya. "Untuk itu, kawasan ini telah kami rekomendasikan sebagai kawasan wisata ekologi yang sifatnya terbatas atau minat khusus, misalnya untuk penelitian atau research," katanya.

Menurut Yoyok, bila wisatawan hanya ingin melihat satwa endemik seperti Tarsius ataupun kera hitam, para wisatawan tidak perlu beramai-ramai datang ke Tangkoko, cukup ke Grand Naemundung Anumals Collection, kebun binatang di kelurahan Aertembaga yang hanya berjarak 5 kilometer dari pusat kota.

Dia menjelaskan, Tangkoko-Batuangus bukan dikembangkan sebagai destinasi yang bersifat grand or mass tourism. Dengan demikian, flora dan fauna yang hidup di kawasan Tangkoko-Batuangus ini tidak tergangu dan akan terhindar dari kerusakan sebagai akibat dari mobilisasi dan aktifitas yang dilakukan para wisatawan di dalam kawasan secara massal. (lihat juga di www.liranwes.com)

Babi Rusa (Endemik Sulawesi)

Kera Hitam

Tarsius Spectrum















Pesona Selat Lembeh

TATKALA disebut nama Bunaken, maka akan terlintas di benak setiap orang keindahan bawah laut sebuah pulau di Teluk Manado itu. Namun ketika disebut Pulau Lembeh, tidak banyak orang yang mengetahui ada apa di pulau itu?

Pulau Lembeh adalah sebuah pulau yang secara administratif berada dalam wilayah otonom kota Bitung yang merupakan salah satu kota di Provinsi Sulawesi Utara. Di sepanjang perairan Selat Lembeh terdapat pulau-pulau kecil tak berpenghuni dengan struktur batuan kapur yang rapuh dan terangkat ke atas permukaan. Keseluruhan bentuk morfologi daratan yang membentang di sepanjang kedua sisi Selat Lembeh ini membentuk panorama alam yang berkesan dramatis. (lihat juga di www.liranews.com)

Akses menuju kota Pulau Lembeh

Untuk menuju selat Lembeh, terlebih dahulu harus menempuh jalan darat sepanjang ± 45 kilometer dari kota Manado ke kota Bitung. Dalam menempuh perjalanan dari Manado ke Bitung, sarana angkutan umum yang digunakan antara lain adalah bus double ankle berukuran 3/4 ataupun taxi dari Manado ke Bitung. Sesampai di Bitung, perjalanan dilanjutkan dengan penyeberangan laut dengan menggunakan kapal motor ± 15 menit dari pelabuhan laut Bitung. Penyeberangan ini relatif sangat aman karena laut terhalang oleh pulau Lembeh sehingga permukaan air relatif cukup tenang.

Pesona Lembeh

Selat Lembeh merupakan salah satu objek daya tarik wisata (ODTW) kota Bitung. Di Pulau ini berkembang wisata bawah air (diving). di ulau ini berdiri resort-resort yang menawarkan paket wisata diving. Selat lembeh telah dikenal dan diakui oleh banyak para wisatawan manca negara akan keindahan biota laut. Bila Bunaken di kenal akan keidahan karang lautnya, maka selat Lembeh dikenal akan keaneka ragaman floara dan fauna bawah lautnya.

Disamping keindahan akan flora dan fauna bawah laut, pulau lembeh juga punya keindahan panaroma alamnya. Pulau yang terbentuk dari bebatuan kapur tersebut dibungkus indah oleh hijaunya dedaunan pohon kelapa. Tidak berlebihan sekiranya pulau ini disebut pulau sejuta nyiur.


Morfologi Daratan Pulau Lembeh


Menyeberang Selat dengan Kapal Motor Kayu


Teluk Kungkungan Resort


NAD Resort

Lembeh Resort